Senin, 25 April 2016

MAS-UD Medan Deli Melaksanakan Pelatihan Imam dan Khatib.


Wakil Walikota Medan Ir Akhyar Nasution MSi secara resmi membuka pelatihan imam dan khatib Masjid/Musholah se-Kecamatan Medan Deli, bertempat di Masjid Al-Abrar, Jl. Yos sudarso, Kec. Medan Deli, Minggu (27/3).

Pelatihan ini dalam rangka meningkatkan kemampuan, wawasan dan kualitas seorang imam dan khatib Masjid/musholah di  Kecamatan Medan Deli.

Wakil Walikota Medan dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan pelatihan ini, sebab peran dan kedudukan imam dan khatib Masjid dinilai sangat penting dalam memimpin masyarakat untuk sholat berjamaah dan juga menyampaikan pesan-pesan agama islam melalui pembinaan spritualitas keagamaan ditengah- tengah masyarakat.

Lebih lanjut Akhyar juga menilai hendaknya imam dan khatib senantiasa selalu menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang keislaman, karena seorang imam dan khatib pasti akan menjadi tempat bertanya masyarakat soal keislaman.

Pelatihan ini sangat bermanfaat dan penting sebagai upaya meningkatkan kemampuan, wawasan dan ilmu pengetahuan seorang imam dan khatib yang dipercaya sebagai salah satu komponen penegak amar maruf nahi mungkar,kata Akhyar.

Selain itu pula Akhyar menyadari bahwa untuk mendapatkan khatib dan imam yang baik dalam pemahaman, bacaan dan penyampaian isi materi khutbah tidaklah mudah.

Lebih-lebih kota Medan memiliki kurang lebih 1300 Masjid dikota Medan, tentunya sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan imam dan khatib.

Karenanya, perlu adanya regenerasi terhadap imam dan khatib di tiap kecamatan agar terus memiliki kader imam dan khatib masjid/musholah yang berkualitas.

Untuk mencari orang yang benar-benar mampu yang berasal dari warga setempat bukanlah mudah, karena itu saya harap para peserta pelatihan dapat dengan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan ini dan nantinya berkenan membagi ilmu yang didapat kepada segenap lapisan masyarakat,harap Akhyar.

Sementara itu Ketua Majelis Silaturahim Ustadz-Ustadzah kota Medan Drs Sangkot Saragih menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan ini diprakarsai oleh Kecamatan Medan Deli yang bekerja sama dengan Majelis Silaturahim Ustadz-Ustadzah (mas-ud) Kota Medan.

Majelis ini terbentuk sejak 6 bulan hasil prakarsa dari Walikota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi Semenjak berdiri, Mas-ud telah menggelar berbagai kegiatan diantaranya menggelar pelatihan imam dan khatib, melakukan kunjungan ke lapas anak dan perempuan di Tanjung Kusta dan membagikan sebanyak 1500 nasi bungkus bagi penghuni lapas anak dan perempuan.

Dalam waktu dekat kita juga akan melaksanakan pelatihab managemen mesjid, dan menjelang bulan ramadhan nanti akan diselenggarakan audisi khutbah Jumat,sambung Sangkot.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa sangkot mengucapkan terima kasih kepada Walikota Medan Drs HT Dzulmi Eldin S MSi yang telah mendaftarkan sebanyak 1000 orang ustadz dan ustadzah ke program pelayanan BPJS.

kami sangat mengapresiasi dan bertrimakasih kepada bapak Walikota atas kepeduliannya kepada ustad dan ustadzah dikota Medan, ujar Sangkot.
Hadir dalam pelatihan ini pembinan Mas-Ud Kec. Medan Deli Bangun tua nasution, Ketua Mas-Ud Kec. Medan Deli Drs H M. Saleh adri, alim ulama serta tokoh masyarakat Kec. Medan Deli dan para pengurus Mas-Ud kec. Medan Deli.

Sebagai Narasumber dalam Pelatihan ini adalah Ust. Damri Tambunan, S.HI, S.Pd.I yang juga merupakan Sekretaris MAS-UD Kota Medan. Dalam Penyampaiannya, Ust. Damri  mengajak para Ustadz agar menjadi Khatib yang profesional dan menjadi Imam yang menjadi panutan di masyarakat... (dt)

MAS-UD Audiensi dengan Walikota Medan

Walikota Medan Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si Menerima Audiensi Majelis Silaturrahim Ustad-Ustadzah (MAS-UD) Kota Medan di Ruang Khusus Walikota



MEDAN | INA
Wali Kota Medan, Drs H T Dzulmi Eldin S MSi berharap para ustadz dan ustadzah untuk membantu memberikan pencerahan kepada para jemaah mengenai bahaya narkoba melalui ceramah-ceramah keagamaan yang disampaikan. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya narkoba sehingga menjauh dari diri maupun keluarganya.
Harapan ini disampaikan Wali Kota ketika menerima kunjungan pengurus Majelis Silaturahmi Ustadz dan Ustadzah (MS-UD) Kota Medan di rumah dinas Wali Kota Jalan Sudirman Medan, Jumat (11/3).
“Saya berharap para ustad dan ustadzah dalam ceramahnya tidak hanya menyampaikan pesan-pesan keagamaan saja, tolong selipkan dalam ceramah akan bahaya narkoba kepada para jemaahnya masing-masing,” kata Wali Kota.
Menurut Wali Kota, pesan ini bisa disampaikan pada saat khutbah Jumat maupun pengajian-pengajian. Mantan Wakil Wali Kota dan Sekda Kota Medan ini optimis, jika seluruh ustad dan ustadzah mau menyampaikan pesan akan bahaya narkoba terus menerus, maka masyarakat akan memproteksi diri dan keluarganya dari Narkoba.
Ditegaskan Eldin, peran ustad dan ustadzah sangat penting untuk mengajak masyarakat menjauhi narkoba. Pasalnya, peredaran narkoba di Kota Medan saat ini sudah sangat meresahkan dan banyak menimbulkan korban. “Untuk itu saya berharap para ustad dan ustadzah untuk membangtu memberikan pencerahan sehingga melindungi diri dan keluarganya dari bahaya narkoba,” ungkapnya.
Selain masalah narkoba, Eldin juga berharap agar ustad dan ustadzah juga ikut mensosialisasikan program-program Pemko Medan kepada masyarakat, seperti menjaga kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, tidak membuang sampah sembarangan serta berperan aktif menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
Ketua Umum MAS-UD Kota Medan, Al ustadz Drs H Sangkot Saragih MH didampingi Damri Tambunan (Sekretaris Umum), Sempurna Silalahi (Ketua I) serta beberapa pengurus lainnya mengatakan, selain bersilaturahmi, tujuan mereka datang untuk memperkenalkan kepengurusan MAS-UD Kota Medan.
Majelis ini terbentuk kata Sangkot, tidak terlepas berkat bimbingan dan arahan dari Wali Kota. Dikatakannya, saat ini terdapat 1.291 ustad dan ustadzah di Kota Medan yang tergabung dalam MAS-UD Kota Medan. “Seluruh anggota dan pengurus MAS-UD siap menjalankan dan melaksanakan apa yang menjadi harapan Bapak Wali Kota tersebut,” kata Sangkot
Selanjutnya Sangkot menambahkan, kedatangan mereka juga ingin menggelar syukuran atas suksesnya pemilihana kepala daerah dan terpilihnya Drs H T Dzulmi Eldin S MSi dan Ir Akhyar Nasution sebagai Wali Kota Medan dan Wakil Wali Kota Medan periode 2016-2021 di Lanta10 Gedung Bank Sumut, Kamis (17/3). Syukuran ini akan digelar bersama ustad dan ustadzah se-Kota Medan dan dirangkaikan dengan upah-upah. (H)

MAS-UD Dakwah di LP-Wanita Tanjung Gusta Medan

FOTO KEGIATAN
















LOGO MAS-UD

 
Lambang logo di atas mengandung makna filosofis sebagai berikut :


1.    GAMBAR
a.      Padi dan Kapas menunjukan cita-cita tercukupinya kebutuhan pangan dan kebutuhan sadang atau pakaian dan kebutuhan sekunder lainnya secara merata setiap masyarakat. Atau dengan istilah lain Masyarakat yang Bahagia, Makmur dan Sejahtera.
b.      Kubah Masjid dan Menara Masjid adalah simbol eksistensi Masjid di lingkungan umat Islam yang wajib difungsikan sebagaimana mestinya (Q.S. 9:18, 108, dll).
c.      Lembar Al-Qur’an adalah simbol Kitab Suci Al-Qur’an yang terbuka untuk dibaca, dipelajari dan dipedomani dalam keseharian umat Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah (Q.S. 2:2, 185, 3:138, dll).
d.      Bintang Tiga adalah simbol “Trilogi Dinul Islam” (Iman–Islam–Ihsan) sebagai komponen utama Ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
e.      Pita adalah simbol atau lambang kekuatan, kesatuan, ukhuwah dan silaturrahim.

2.    WARNA
a.      Warna Hijau melambangkan suasana kedamaian dan kesejukan
b.      Warna Putih melambangkan suasana kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan dan bercahaya.
c.      Warna Kuning melambangkan kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, dan loyalitas.

3.    TULISAN
a.    Tulisan “MAJELIS SILATURRAHIM USTADZ & USTADZAH” adalah merupakan nama Lembaga.
b.    Tulisan “MAS-UD” adalah merupakan singkatan Lembaga.


Sabtu, 09 April 2016

RENUNGAN buat "KITA SEMUA....."

Diakui atau tidak, banyak orang yang tidak sempat mengadakan perenungan. Dengan kesibukan yang padat, rasanya sulit mencari waktu yang tepat untuk berpikir mendalam. Hari hari hanya diisi dengan kerja dan kerja. Seakan semua waktu dalam hidup ini habis sekadar untuk mencari nafkah. Kesibukan seperti ini sudah menjadi ciri atau malah menjadi bagian dari kehidupan modern.

Malam hari yang semestinya waktu paling cocok untuk melakukan perenungan ternyata juga tersita untuk sekedar urusan dunia. Malam, utamanya dikota kota besar tidak lagi ada bedanya dengan siang, Tetap ramai, tetap sibuk. Lampu lampu kota kini telah menjadi ‘pengganti’ matahari. Malam pun tetap terang benderang, Itulah sebabnya kemudian bermunculan manusia ‘kelelawar’ yang jadwal hidupnya justru terbalik, Di siang hari mereka tidur, malam hari mulai menampakkan tanda tanda kehidupannya bekerja. Tentu saja hal ini menyalahi sunnah, menyelisih fitrah. Firman Allah,”Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”(QS Al Furqan 47 )

Karena manusia sudah merasa tidak lagi cukup waktunya untuk mencari kehidupan di siang hari saja, maka malam harinya mereka gunakan juga untuk bekerja. Akibatnya jam istirahat berkurang. Apalagi jam untuk tafakkur, mengadakan perenungan, muhasabah (menghitung diri), muroqobah (mendekatkan diri pada Allah), hampir tiada lagi sama sekali. Jangankan shalat malam, sedang shalat Isya saja dikerjakan sambil ngantuk, pikirannya masih tertuju pada lain yang sifatnya keduniaan. Apalagi disaat shalat, TV tidak dimatikan, sebab anak istri sedang menonton, Bagaimana bisa khusyu’ sedang ingat bacaannya sudah kesulitan. Terlebih kini semakin banyak saja acara yang menarik, yang melalaikan manusia dari memikirkan arti hidupnya sendiri. Semestinya sebelum pergi tidur diluangkan waktu sejenak untuk berzikir. Kalau bisa, shalat dua rakaat. Kalau masih bisa, baca Al Qur’an minimal tiga surat terakhir atau “tiga Qul”, yaitu Qul Huwallahu ahad, Qul a’udzubirabbil falaq, dan Qul a’udzu birabbinnas, lalu ditutup dengan do’a tidur. Tapi alangkah banyaknya orang yang pergi tidur tanpa sengaja. Sambil menonton TV keterusan lupa berzikir, lupa shalat, lupa berdo’a ataupun mengadakan perenungan. Malah mengatur posisi tidurnya saja tidak sempat apalagi untuk bangun tengah malam.

Kurangnya mengadakan perenungan berakibat sangat fatal, Manusia tak lagi mengerti untuk apa mereka bekerja. Mereka bekerja sekedar untuk mencari harta. Setelah harta didapat digunakan sekenanya. Tidak ada waktu lagi untuk berfikir, darimana harta didapat.
Tidak ada kesempatan untuk merenung, apakah yang lain juga mendapat, Tak juga sempat menilai, halal atau haram pendapatannya dan sebaliknya digunakan untuk apa saja itu semua. Dalam benaknya hanya ada satu pikiran, pokoknya saya dapat. Mestinya berfikir, darimana didapat, dan kemana dibelanjakan. Orang yang sudah pada taraf seperti ini hidupnya hanyalah sekedar untuk memenuhi hidup. Mereka bekerja, berjuang, berkorban, berdamai dan berperang, hanya untuk hidup, bahkan mereka mempertaruhkan hidupnya sekedar untuk hidup.

Mereka ini disindir Allah dalam firman Nya ”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat ayat Allah. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dimanfaatkan untuk melihat tanda tanda kebesaran Allah, mereka mempunyai telinga, tapi tidak dipakai untuk mendengar ayat ayat Allah. Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, Mereka itulah orang orang yang lalai,” (QS Al A’raaf: 179 ).

Telinga mereka berlubang dan bisa mendengar, tapi tidak mau mendengarkan nasehat, anjuran, perintah dan larangan Dzat yang menciptakan telinga. Inilah yang disebut telinga pasif oleh Allah. Bukan berarti telinga ini tak aktif terhadap yang lain. Begitu musik disetel, nyanyian diperdengarkan, fitnah digunjingkan, telinga itu menjadi normal kembali, Mata mereka juga melek, tapi untuk membaca kalimat Allah mata itu menjadi rabun, malah buta sama sekali, Berbeda bila melihat lenggak lenggok artis, baik di pentas terbuka maupun di layar televisi, mata itu tiba tiba jernih, sejernih kaca TV. Mereka juga punya hati, tapi sekedar gumpalan daging yang terbalut rongga dada, Hati yang berupa qolb tak lagi mereka punyai, paling tidak sudah lama tak terpakai. Atau dikatakan telah usang, dan sulit dicari. Jika harus diaktifkan, masih perlu dibersihkan, diservis, bahkan mungkin dibongkar pasang dulu….

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” Firman Allah dalam surah Al –israa’ 36. Sebelum hari pertanggung jawaban itu, sebaiknya kita memanfaatkanya untuk merenung, adakah ketiga tiganya sudah berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh Yang Menciptakan? Atau kita masih beralasan, belum ada waktu untuk merenungkan?

Ini semua adalah ajakan kepada kita untuk merenungkan sejenak arti hidup kita di dunia ini. Jelas sekali bahwa Allah tidak heran kepada manusia, sebab Dia sendiri yang menciptakan, redaksi hadist ini dibuat sedemikian rupa, agar lebih komunikatif, agar mudah dicerna dan difahami. Lebih penting lagi, agar mudah menyentuh hati. Soal sentuh menyentuh hati ini bukan perkara sederhana, apalagi untuk ukuran sekarang ini. Bukan mayat berjalan orang hidup yang lupa mempersiapkan untuk hari esok, disindir oleh Nabi Muhammad Saw seperti “mayat hidup yang sedang berjalan”. Artinya, fisiknya hidup, tetapi hatinya telah mati.

Orang yang hatinya mati, bisa kita lihat dari berbagai tanda, Misalnya, mereka tidak peduli ada peringatan Allah atau tidak, Mereka tenang saja melenggang bahkan berjalan dengan sombong di muka bumi. Seolah dia akan bisa hidup selamanya, Orang yang hatinya mati, sering kali tidak bergetar mendengar nama Allah disebut, dan tidak bergeming meski dibacakan ayat ayat Allah. Baginya semua itu seperti tidak ada kaitan sama sekali dengan masa depan, yaitu masa depan yang begitu abadi. Orang yang hatinya mati, tidak pernah merasa bersalah meski tiap hari melanggar aturan Allah. Dia mengira tak ada orang lain yang tahu, dan dikiranya Allah tidak melihatnya. Jika berbuat maksiat, ukurannya hanya dirinya dan orang lain. Sepanjang dirinya suka, dan orang lain tidak melihatnya, dengan serta merta melakukannya. Dan masih banyak lagi tanda tanda orang yang hatinya telah mati. Maka kita hendaknya selalu ingat bahwa diri kita ini bukan mayat sedang berjalan, kita ini memang benar benar hidup sehingga harus mengisi lintasan kehidupan ini dengan penuh perhitungan matang. Kita dengan sadar melangkahkan kaki ke tujuan yang baik, Dengan sadar mengayunkan tangan ke arah yang benar. Kita buka tutup lisan kita dengan kalimat yang baik, benar, dan menyenangkan.

Orang yang jiwanya hidup, perilakunya terkontrol. Hidupnya dinamis, dan dia mempunyai standar dalam mengukur dirinya, Jika merasa salah, maka segera minta ampun, dan jika dirasakan benar, tidak menyombongkan diri. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah jarum jam kehidupan ini, Kalau selama ini dirasakan arahnya salah, maka segera putar dengan penuh kesadaran ke arah yang benar. Niat dan tekad mendalam untuk menjadi manusia baik hendaknya selalu ditumbuhkan setiap kali bangun tidur. Dan meminta ampun dari segala salah dan khilaf disaat akan tidur. Bisakah kita melakukan itu semua…….?
Damri Tambunan 
(Sekretaris MAS-UD Kota Medan)
http://damritambunan.blogspot.com